Diadaptasi dari cerpen Intan Paramaditha, lakon Goyang Penasaran kini dihadirkan kepada siapa saja yang ingin menikmati, menelaah, maupun mementaskannya kembali. Goyang Penasaran: Naskah Drama dan Catatan Proses memaparkan pengalaman kolektif Teater Garasi dalam mementaskan hasil adaptasi Intan Paramaditha dan Naomi Srikandi tersebut. Buku ini menjawab keingintahuan pembaca Diadaptasi dari cerpen Intan Paramaditha, lakon Goyang Penasaran kini dihadirkan kepada siapa saja yang ingin menikmati, menelaah, maupun mementaskannya kembali. Goyang Penasaran: Naskah Drama dan Catatan Proses memaparkan pengalaman kolektif Teater Garasi dalam mementaskan hasil adaptasi Intan Paramaditha dan Naomi Srikandi tersebut. Buku ini menjawab keingintahuan pembaca atas pertanyaan: Bagaimana proses alih wahana dari cerpen ke panggung? Bagaimana perjalanan suatu naskah drama menjadi teater? Secara mendetail catatan ini mengupas proses kreatif pemanggungan antara lain dengan menyajikan: • Cerita seniman yang terlibat perihal penulisan naskah, penyutradaraan, keaktoran, tata panggung, musik, cahaya, rias dan kostum, serta pengelolaan produksi. • Ilustrasi oleh Agung Kurniawan dan foto oleh Muhammad Amin. • Catatan pekerja seni dan pengamat antara lain: Gunawan Maryanto, Risky Summerbee, Manneke Budiman, Sapardi Djoko Damono. • Pembahasan seputar adaptasi, Ifa Isfansyah, Goenawan Mohamad, dan Mira Lesmana ikut berbagi pengalaman. • Aneka kiat dan fakta menarik terkait proses kreatif maupun seni pertunjukan. • Informasi buku dan situs penting yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan tentang seni, sumber dana, serta seluk-beluk teater di dalam maupun luar negeri.
Goyang Penasaran: Naskah Drama & Catatan Proses
Diadaptasi dari cerpen Intan Paramaditha, lakon Goyang Penasaran kini dihadirkan kepada siapa saja yang ingin menikmati, menelaah, maupun mementaskannya kembali. Goyang Penasaran: Naskah Drama dan Catatan Proses memaparkan pengalaman kolektif Teater Garasi dalam mementaskan hasil adaptasi Intan Paramaditha dan Naomi Srikandi tersebut. Buku ini menjawab keingintahuan pembaca Diadaptasi dari cerpen Intan Paramaditha, lakon Goyang Penasaran kini dihadirkan kepada siapa saja yang ingin menikmati, menelaah, maupun mementaskannya kembali. Goyang Penasaran: Naskah Drama dan Catatan Proses memaparkan pengalaman kolektif Teater Garasi dalam mementaskan hasil adaptasi Intan Paramaditha dan Naomi Srikandi tersebut. Buku ini menjawab keingintahuan pembaca atas pertanyaan: Bagaimana proses alih wahana dari cerpen ke panggung? Bagaimana perjalanan suatu naskah drama menjadi teater? Secara mendetail catatan ini mengupas proses kreatif pemanggungan antara lain dengan menyajikan: • Cerita seniman yang terlibat perihal penulisan naskah, penyutradaraan, keaktoran, tata panggung, musik, cahaya, rias dan kostum, serta pengelolaan produksi. • Ilustrasi oleh Agung Kurniawan dan foto oleh Muhammad Amin. • Catatan pekerja seni dan pengamat antara lain: Gunawan Maryanto, Risky Summerbee, Manneke Budiman, Sapardi Djoko Damono. • Pembahasan seputar adaptasi, Ifa Isfansyah, Goenawan Mohamad, dan Mira Lesmana ikut berbagi pengalaman. • Aneka kiat dan fakta menarik terkait proses kreatif maupun seni pertunjukan. • Informasi buku dan situs penting yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan tentang seni, sumber dana, serta seluk-beluk teater di dalam maupun luar negeri.
Compare
Launa Rissadia –
Rating: 3.5/5 “Alih wahana menuntut orang-orang yang terlibat di dalam proses untuk “mengkhianati” medium awalnya.” (Hlm. 86) Setiap menonton film yang diadaptasi dari novel ataupun sebaliknya ada saja bagian-bagian yang terasa agak sama dan bahkan sama sekali berbeda. Membaca buku ini membuat saya paham akan adanya keterbatasan ruang dalam mengalihwahanakan sebuah karya. Dulu sehabis menonton film yang diadaptasi dari novel dan sudah membaca novelnya, saya agak kecewa karena ada beberapa bagian y Rating: 3.5/5 “Alih wahana menuntut orang-orang yang terlibat di dalam proses untuk “mengkhianati” medium awalnya.” (Hlm. 86) Setiap menonton film yang diadaptasi dari novel ataupun sebaliknya ada saja bagian-bagian yang terasa agak sama dan bahkan sama sekali berbeda. Membaca buku ini membuat saya paham akan adanya keterbatasan ruang dalam mengalihwahanakan sebuah karya. Dulu sehabis menonton film yang diadaptasi dari novel dan sudah membaca novelnya, saya agak kecewa karena ada beberapa bagian yang dihilangkan atau tidak persis sama dengan novelnya. Sehabis membaca bagian ketiga buku ini, saya jadi tersadar dan berpikir tidak semestinya saya maupun seseorang menilai atau berkomentar yang kurang baik atas sebuah karya yang dialihwahanakan ke medium lain. Karena di samping prosesnya yang rumit, ruang di dalam setiap medium tidaklah sama. Saya pikir sudah semestinya kita memaklumi lebih dulu kemungkinan perbedaan-perbedaan yang akan ditemukan sebelum menonton sebuah pertunjukan/film yang merupakan peralihan dari cerpen/novel maupun ketika membaca novel yang diadaptasi dari sebuah skenario. Dengan kata lain, memperlakukan karya yang diubah ke medium lain itu sebagai karya baru yang sudah sepatutnya dinikmati dan dipandang dengan cara berbeda. Goyang Penasaran: Naskah Drama dan Catatan Proses mampu membuka mata dan menambah (sedikit) wawasan bagi yang betul-betul ‘buta’ tentang seni pertunjukan ataupun pengalihwahanaan sebuah karya. Buku yang bagus dan menarik bagi siapa saja yang ingin mengetahui sekaligus memahami perihal pengadaptasian sebuah karya ke dalam medium yang berbeda dan seputar pemanggungan. Review lengkap: https://wp.me/p15WBH-nc
Nadia –
Dulu gue sempat ikut teater kampus dan baca beberapa naskah teater. Tapi sebenernya alasan gue baca buku ini adalah karena penasaran. Gue sudah pernah membaca versi cerpennya di buku Kumpulan Budak Setan. Sebel banget pas Goyang Penasaran mentas di Salihara beritanya heboh dan gue kehabisan tiket. Karena penasaran akhirnya gue beli lah ini buku. Gue suka naskahnya. Ada bagian2 yang kocak tapi overall gelap dan sangat kritis terhadap agama dan politik di Indonesia. Yang mengejutkan gue ternyata b Dulu gue sempat ikut teater kampus dan baca beberapa naskah teater. Tapi sebenernya alasan gue baca buku ini adalah karena penasaran. Gue sudah pernah membaca versi cerpennya di buku Kumpulan Budak Setan. Sebel banget pas Goyang Penasaran mentas di Salihara beritanya heboh dan gue kehabisan tiket. Karena penasaran akhirnya gue beli lah ini buku. Gue suka naskahnya. Ada bagian2 yang kocak tapi overall gelap dan sangat kritis terhadap agama dan politik di Indonesia. Yang mengejutkan gue ternyata buku ini berisi catatan orang-orang yang terlibat (gak hanya intan sebagai penulis, atau sutradaranya, naomi, tapi juga penata cahaya, kostum, pinpro, dll). Banyak tips, trivia, dan sangat visual. Di luar negeri kayaknya buku teater seperti ini udah banyak, tapi di Indonesia kok nggak pernah nemu ya. Kalo gue sih bacanya buat seru-seruan aja, tapi gue bayangkan buat anak2 teater kampus atau SMA pasti buku ini berguna banget. Btw sayangnya buku ini tidak memuat cerpen sebagai sumber adaptasinya. Tentunya menarik kalau kita bisa langsung membandingkan cerpen dengan naskah teaternya.
Qatrunnada Fadhila –
Tidak hanya maskah, banyak pula pengetahun mengenai pertunjukan teater yang disuguhkan dalam buku ini.
Indah Threez Lestari –
484 - 2014
Ratnayu Candra Kirana –
Agustina Pringganti –
Faisal –
Naomi Srikandi –
Christy Tisnawijaya –
Ananto Setyaji –
Dewi Michellia –
Dewi –
Nopturistantri Sakata –
Robert Cojocaru –
Atiqotul Fitriyah –
Sulung Mardinata –
Annisa Shalihah –
Firli Isnaeni –
Celine Panjaitan –
Kiddo –
Huzna –
Aulia –
Nadia Fourina –
Iman Fadan –
Tenni Purwanti –
Carolina –
Aw Lusiana –
Ditya –
Yento Bunardi –
Ambar –
Nur Jayadi –